Blogger Widgets

Jumat, 18 April 2014

Kisah Pemuda Zuhud

Abdullah bin Al-Faraj adalah seorang yang tekun beribadah dan dikenal sebagai orang yang shalih. Dia hidup pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.

Suatu ketika Abdullah bin Al-Faraj mempunyai barang-barang yang harus dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain di dalam rumahnya. Untuk mengerjakan hal tersebut, ia memerlukan seorang pekerja serabutan. Maka ia pun segera pergi ke pasar untuk mencarinya. Setelah mencari ke sana ke mari di dalam pasar, akhirnya ia menemukan seorang pemuda berwajah pucat pasi sedang membawa keranjang besar dan sekop. Pemuda itu mengenakan jubah dan selembar kain sarung yang keduanya terbuat dari bulu domba. Maka Abdullah menghampiri pemuda tersebut dan bertanya kepadanya, “Maukah engkau bekerja untukku?”
“ya,” jawab pemuda itu singkat.
“Berapa imbalannya yang kau minta?” tanya Abdullah kepadanya.
“Satu seperenam dirham,” jawab pemuda itu singkat.
“Baiklah kau dapat bekerja untukku” kata Abdullah.
Tiba-tiba pemuda itu berkata,”Ada satu syarat!”
“Apa syarat yang engkau minta?” jawab Abdullah.
“Bila waktu shalat dzuhur telah tiba dan mu’adzin telah pula mengumandangka adzan, aku akan keluar untuk mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan shalat berjama’ah di masjid, setelah itu aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Demikian juga bila telah tiba waktu shalat ashar,” jawab pemuda itu tersebut.
“Ya boleh,”Jawab Abdullah singkat.

Setelah berkata demikian, Abdullah bin Al-Faraj pun mengajaknya pulang ke rumah untuk memulai pekerjaannya. Sesampainya di rumah, pemuda itu pun segera bekerja memindahkan barang-barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dia bekerja dengan rajin dan tidak pernah sedikitpun mengajak Abdullah berbicara. Ketika adzan dzuhur telah dikumandangkan, pemuda tadi lalu berkata kepada Abdullah, “Wahai Abdullah Mu’adzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah kepadanya.

Pemuda itu pun segera keluar menuju ke masjid untuk segera menunaikan shalat dzuhur berjama’ah bersama kaum muslimin termasuk Abdullah. Ketika keperluannya di masjid sudah selesai, pemuda itu segera kembali pergi kerumah Abdullah bin Al-Faraj. Di sanapun ia bekerja kembali dengan rajin sepanjang siang.

Waktu ashar pun tiba, dan adzan untuk mengajak kaum muslimin shalat berjama’ah di masjid pun berkumandang. Maka pemuda itu pun menghentikan pekerjaannya, dan berkata kepada Abdullah, sang Mu’dzin telah mengumandangkan adzan!”
“Silahkan” kata Abdullah.

Pemuda itupun keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat Ashar bersama kaum muslim lainnya.. usai menunaikan shalat ia pun kembali meneruskan pekerjaannya hingga hari menjelang sore. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Abdullah pun menyerahkan upahnya dan menyuruhnya pulang.

Selang beberapa hari kemudian, Abdullah bin Al-Faraj membutuhkan lagi seorang pekerja serabutan. Istrinya pun berkata kepadanya, “Carilah kembali pemuda yang pernah bekerja kepada kita, karena lewat pekerjaannya itu dia telah banyak memberikan nasihat kepada kita !”

Mendengar saran istrinya tersebut, Abdullah segera pergi kepasar. Sesampainya di pasar, dicarinya pemuda berwajah pucat pasi yang beberapa hari yang lalu pernah bekerja di rumahnya. Namun setelah ia mencarinya kesana kemari, tak ditemukannya pemuda itu. Maka bertanyalah Abdullah kepada orang-orang dipasar perihal pemuda tersebut. Mereka yang ditanyai oleh abdullah menjawab, “Mengapa Anda menanyakan si pemuda pucat yang celaka itu? Dia datang kesini hanya setiap hari sabtu dan kedatangannya itu pun hanya sekedar untuk duduk saja hingga semua orang kembali ke rumah masing-masing”. Mendengar jawaban mereka, Abdullah memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan memutuskan akan mencarinya lagi pada hari sabtu.

Pada hari sabtu, Abdullah bin Al-Faraj pergi ke pasar untuk mencari pemuda tersebut. Ternyata memang benar kata orang-orang, pemuda itu memang berada di sana. Segeralah Abdullah bin Al-Faraj menghampirinya dan menanyainya, “Maukah engkau bekerja lagi untukku?”
“Aku yakin Anda telah mengetahui berapa upah dan syarat-syarat yang kuajukan kepada Anda,” jawab pemuda itu.
“Mengenai hal tersebut, aku telah memohon petunjuk kepada Allah,” kata Abdullah.

Pemuda itu pun berdiri dan mengikuti Abdullah bin Al-Faraj ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, pemuda itupun segera bekerja dengan rajin sebagaimana dulu pernah dipekerjakan untuk Abdullah bin Al-Faraj. Sama seperti dulu pula, ketika adzan dzuhur dan ashar berkumandang, pemuda itupun minta izin kepada Abdullah untuk menunaikan shalat berjama’ah di mesjid.

Setelah sore, maka Abdullah pun memberikannya upah sebesar yang telah disepakati. Ternyata Abdullah puas terhadap pekerjaan pemuda tersebut akan diberi upah sekaligus tipsnya, pemuda itu mengambil upahnya dan menolak tips yang diberikan oleh Abdullah bin AL-Faraj.

Beberapa waktu kemudian, Abdullah membutuhkan tenaganya kembali. Dan sesuai dengan pengetahuan yang ia ketahui, maka Abdullah pun mencarinya di pasar pada hari sabtu. Tetapi setelah dicarinya ke sana – ke mari di sekitar pasar, pemuda sederhana itu tidak ditemukannya. Lalu, ia pun bertanya kepada orang-orang yang berada di pasar tentang pemuda itu, dan salah seorang menjawab, “Dia sedang sakit.”

Orang itupun menambahkan, “Pemuda itu tiap sabtu selalu datang ke pasar ini dan dia selalu berkerja dengan imbalan satu seperenam dirham. Dengan uang satu seperenam dirham itulah dia dapat makan setiap hari. Dan kini dia sedang menderita sakit.”

Maka Abdullah pun menanyakan alamat rumah tersebut kepada orang itu. Setelah orang itu memberikan alamatnya, Abdullah segera menuju ke kediaman pemuda yang sedang ia cari tersebut. Ternyata pemuda itu tinggal si sebuah rumah milik seorang wanita yang telah lanjut usia. Ketika wanita lanjut usia itulah yang ditemui oleh Abdullah pertama kali, maka Abdullah pun bertanya kepadanya, “Benarkah di sini kediaman seoran pemuda yang suka melakukan perkejaan serabutan ?”

“Sejak beberapa hari ini dia menderita sakit,” jawab wanita renta itu dengan suara tuanya.

Abdullah pun meminta izin kepada wanita tua itu untuk menemuinya. Wanita renta itu segera mempersilahkan Abdullah masuk dan menunjukkan tempat pemuda tersebut berada. Ternyata benar, pemuda berwajah pucat pasi itu sedang berbaring sakit keras dengan berbantal sebuah batu bata.
“Assalamu’alaikum,” sapa Abdullah kepadanya.
“Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuh,” jawab pemuda tersebut.
Abdullah segera bertanya kepadanya,”Adakah yang bisa kubantu untukmu?”
“Ya, jika Anda bersedia,” kata Abdullah.
“Jika aku telah meninggal dunia nanti, tolong jualkan sekop ini. Tolong cucikan jubah bulu dan kain sarung ini. Lalu gunakan kedua kainku ini untuk mengafaniku. Sobeklah saku jubah ini kerena didalamnya ada sebuah cincin. Tanyakan kapan Khalifah Harun Ar-Rasid keluar dari istananya. Bila Anda sudah mengetahuinya, hadanglah dia dan ajaklah dia berbicara serta tunjukanlah cincin itu kepadanya, niscaya dia akan memanggil Anda. Jika Anda sudah menghadapnya, serahkanlah cincin itu kepadanya. Ingat ! Ini harus dilakukan setelah aku dimakamkan nanti!” kata pemuda itu.

“Ya,” jawab Abdullah menyanggupinya.

Kemudian pemuda itu sakit keras selama beberapa waktu dan akhirnya meninggal dunia. Abdullah bin Al-Faraj pun segera menunaikan apa yang diwasiatkan olehnya; menjual sekopnya kemudian mencuci jubah dan sarungnya serta menggunakan kedua kain itu sebagai kain kafan jenazahnya. Setelah jenazah pemuda itu dimakamkan, maka Abdullah pun aktif mencari informasi kapan Khalifah Harum Ar-Rasyid keluar dari istananya.

Setelah mencari-cari tentang hal tersebut, akhirnya tahulah Abdullah kapan Khalifah akan keluar dari istananya. Maka pada hari yang telah dinanti-nantikannya itu, Abdullah segera mencari jalan yang akan dilalui oleh sang Khalifah dan duduk di tepi jalan tersebut. Akhirnya terlihatlah rombongan Khalifah Harun Ar-Rasid semakin dekat dengan tempat ia duduk. Ketika sang Khalifah melintas di depannya, Abdullah segera berteriak,”Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah titipan untuk tuan !”seraya dia tunjukkan cincin milik pemuda itu.

Ketika Khalifah mendengar seruan tersebut dan melihat cincin yang dipegang Abdullah, segera saja Khalifah dan mengajaknya naik ke atas kendaraannya. Rombongan Khalifah segera pulang menuju istana sedangkan Abdullah belum juga diajak bicara oleh Khalifah sehubungan dengan tindakannya tadi.

Sesampainya di istana, Khalifah Harun Ar-Rasyid memanggil Abdullah bin Al-Faraj untuk menghadapnya. Abdullah pun segera masuk ke ruangan di mana Khalifah berada. Ketika dia sudah masuk, Khalifah lalu memerintahkan semua orang yang ada agar meninggalkan ruangan.

Semua yang ada di situ pun bergegas keluar meninggalkan Abdullah seorang diri di hadapan Khalifah. Ruangan menjadi sunyi senyap. Pertanyaan Khalifah Harun Ar-Rasyid memecah suasana tersebut, “Siapakah Anda ?”
“Abdullah bin Al-Faraj.”
“Dari mana Anda mendapatkan cincin ini ?” tanya Khalifah kepada Abdullah.
Mendengar pertanyaan tersebut, Abdullah menjawabnya dengan bercerita tentang pertemuannya dengan seorang pemuda berwajah pucat pasi hingga kematian pemuda itu.

Mendengar cerita yang dituturkan oleh Abdullah, seketika itu pula Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis. Tangisan beliau membuat Abdullah merasa iba kepadanya. Setelah tangis Khalifah agak reda, Abdullah merasa yang tidak tahu mengapa Khalifah menangis ketika mendengar ceritnya, akhirnya bertanya kepada sang Khalifah, “Wahai Amirul-Mukminin, adakah hubungan Anda dengannya ?”

“Dia adalah putraku,” jawab sang Khalifah.
“Bagaimana mungkin itu terjadi ?” tanya Abdullah heran memohon penjelasan.
“Dia lahir sebelum aku mendapatkan ujian menjadi Khalifah. Saat itu dia tumbuh dengan baik, rajin mempelajari Al-Qur’an, dan menuntut ilmu. Ketika aku telah diangkat menjadi Khalifah, dia pun pergi meninggalkanku dan tidak membawa sedikit pun bekal harta yang kumiliki. Kepada ibunya, aku lalu menyerahkan cincin ini. Ini adalah yaqut yang nilainya sangat mahal. Oleh ibunya, cincin ini lalu diberikan kepadanya, dengan tujuan agar suatu saat kelak cincin ini membawa manfaat baginya. Ibunya telah meninggal dunia, dan sejak itu aku tidak pernah mendengar berita tentang anakku dan baru sekarang ini engkau membawa berita perihal putraku itu,” kata Khalifah Harun Ar-Rasyid menjelaskan.
“Nanti malam, tolong antarkan aku ke makamnya !” kata Khalifah lagi.

Menjelang malam, Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abdullah bin Al-Faraj berdua keluar dari istana berjalan kaku ke makam pemuda sederhana yang ternyata putra seorang Khalifah. Akhirnya, sampailah mereka di makan putra sang Khalifah, lalu Khalifah Harun Ar-Rasyid pun duduk bersimpuh di depan makam putranya sambil menangis pilu.

Mereka berdua terus berada di makam itu sepanjang malam. Hingga saat fajar mulai menyingsing, Khalifah pun mengajak Abdullah pulang seraya berkata, “Engkau harus berjanji kepadaku untuk bersedia datang setiap hari menemaniku ke makam putraku !”

Maka Abdullah pun berjanji kepada sang Khalifah. Sejak saat itu mereka selalu berangkat dan pulang bersama dari berziarah ke makam putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. (assyd)

( Sumber : El Fata Edisi IV/ Tahun I, hal. 30 )

Kisah Seorang Pencuri Terong

Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid Jami' At-Taubah. Dia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain. 

Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanana ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini. 

Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya. 

Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, 'A'udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?' Dia merasa bahwa ini adalah kesalahn besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula. Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan syaikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar. 

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggilah ia dan syaikh itu bertanya, 'Apakah kamu sudah menikah?', dijawab, 'Belum,'. Syaikh itu bertanya lagi, 'Apakah kau ingin menikah?'. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, 'Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?'. Syaikh itu menjawab, 'Wanita ini datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin', kata syaikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokkan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, 'Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya? Pemuda itu menjawab 'Ya'. Kemudian Syaikh bertanya kepada wanita itu, 'Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?', ia menjawab 'Ya'. Maka Syaikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syaikh itu berkata, 'peganglah tangan isterimu!' Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki. 

Sang isteri bertanya, 'Kau ingin makan?' 'Ya' jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci didapurnya. Saat melihat buah terong didalamnya dia berkata: 'heran siapa yang masuk kerumah dan menggigit terong ini?!'. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, 'Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu. 

(Sumber: Alsofwah.or.id) 

Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus)

Assalamu'alaikum...
Kali ini saya akan berbagi sedikit tentang bunga Gladiol. Langsung saja, ini dia.....

1. SEJARAH SINGKAT

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin  “Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti  bentuk daunnya. Berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda.

Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledoneae
Ordo : Iridales
Famili : Iridaceae
Genus : Gladiolus
Spesies : Gladiolus hybridus

Nih....saya punya sampel gambarnya....




Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah :

a) Gladiolus gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang
    tindih,  panjang 90-150 cm.

b) Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi
    kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.

c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.

d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.

Beberapa kultivar bunga gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah: Red Majesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, Albino, Salem, Marah Api, Queen Occer, Ceker dan lain sebagainya.

3. MANFAAT TANAMAN

Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi. Dan memiliki nilai estetika. Bunga potong juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.

4. SYARAT PERTUMBUHAN

1. Iklim

a) Gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm/tahun. Di Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musim hujan.

b) Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering dan floret tidak terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak pada kuncup bunga saja. Kultifat Eurovision, Peter, Friendship, Jessica, dan Mascagni kurang peka terhadap cahaya matahari.

c) Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10-25 derajat C. Suhu udara rata-rata kurang dari 10 derajat C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat, jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27 derajat C, kadang-kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu udara 40 derajat C, bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi.

2. Media Tanam

a) Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.

b) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH 5,5-5,9.

3. Ketinggian Tempat

Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500-1500 m dpl dan beriklim sejuk.

Terima kasih kunjungannya. Jangan lupa timggalkan komentar untuk evaluasi atau tambahan.
Wassalamu'alaikum.... ^_^

Kisah Khadijah rha, Istri Rasulullah Yang Selalu Dikenang

Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.

Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun.Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin 'A'id bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai.

Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya. Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi'tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain.

Akan tetapi dia merasa pesimis; mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya?

Maka disaat dia bingung dan gelisah karena problem yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembuyikan oleh Khodijah tentang problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik.Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya.

Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian dan kecerdikannya:

Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?

Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah .

Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya?

Muhammad : Siapa dia ?

Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid

Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.

Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.

Setelah usai akad nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka terdapat Halimah as-Sa'diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta.

Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallâhu 'anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam .

Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah.

Kemudian Allah Ta'ala menjadikan Muhammad al-Amin ash-Shiddiq menyukai Khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai dari pada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di Gua Hira' sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal didalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain –lain.

Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira' pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu.Selanjutnya beliay Nabi Saw keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: "Selimutilah aku ….selimutilah aku …".

Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menjawab:"Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku".

Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: "Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sugguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.

Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa.

Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: "Qudus….Qudus…..Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar,maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh alaihi sallam secara langsung.Tatkala melihat kedatangan Nabi, sekonyong-konyong Waraqah berkata: "Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah ". Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Apakah mereka akan mengusirku?". Waraqah menjawab: "Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu …kalau saja aku masih hidup…". Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat.

Menjadi tenanglah jiwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi.

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam.

Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur'an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:

"Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!"(Al-Muddatstsir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallâhu 'anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.

Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta'ala:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2).

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan.

Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallâhu 'anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta'ala :

"Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan ". (Ali Imran:186).

Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: "Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya".

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka'bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah.

Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.

Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalalm hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid".

Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.

Cara Alami Atasi Jerawat

Assalamu'alaikum.........
Haaaiiii.......
Kali ini saya akan berbagi tentang "Cara Alami Atasi Jerawat". Memang agak ironis sih. Karena apa? Mengingat saya termasuk orang yang berjerawat dan belum sempat mencoba cara-cara yang akan disampaikan ini. Tapi tentunya itu bukan alasan untuk saya tidak mem-posting artikel ini. Sebenanya sudah banyak artikel tentang cara "pemberantasan" jerawat. Akan tetapi, tetap saja saya ingin sekali berbagi tentang ini. Langsung saja, check it out....

1. Lidah Buaya

Potong beberapa bagian lidah buaya yang telah dibuang kulit bagian luarnya. Oleskan cairan lidah buaya tersebut secara rutin pagi dan sore. Jika rutin maka jerawat akan mudah kering bahkan juga dapat membersihkan bekas jerawat.

2. Putih Telur

Pertama pisahkan putih telur lalu kocok hingga berbusa selanjutnya oleskan pada wajah dan jerawat dan diamkan selama kurang lebih 15 menit. Dengan putih telur ini minyak yang menjadi penyebab jerawat akan terserap dan akhirnya akan hilang.

3. Bawang Putih

Haluskan 2 atau 3 bawang putih dan tumbuk secara halus atau diblender. Oleskan pada kulit wajah dan jerawat dan diamkan kurang lebih 10 Menit dan bersihkan dengan air putih. Lakukan secara rutin kurang lebih 2-3 minggu.

4. Tomat

Tomat ternyata selain dapat bermanfaat untuk menghilangkan komedo, tomat juga dapat menghilangkan jerawat. Caranya sangat mudah iriskan tomat lalu oleskan atau tempelkan di wajah atau lokasi jerawat dan kemudian diamkan 15 menit - 1 jam, lakukan kurang lebih 1 bulan agar jerawat anda hilang.

5. Jeruk Nipis

Pengobatan dengan jeruk nipis bisa dilakukan dengan cara meminum perasannya yang dicampur dengan air dan madu/gula bila perlu. Bisa juga dengan mengaplikasikannya ke wajah anda. Caranya, teteskan perasan jeruk nipis ke atas kapas, lalu oleskan pada wajah. Diamkan selama 10 hingga 15 menit. Kemudian bilas dengan air dingin. Lakukan setiap hari untuk hasil yang maksimal. Bagi anda yang memiliki kulit wajah yang sensitif, bisa dengan menambahkan air ke dalam perasan jeruk nipis sebelum dibubuhkan di atas kapas.

Selain itu kita juga bisa mengobati jerawat dari dalam yaitu dengan cara mengkonsumsi:

1. Teh Hijau

Teh hijau kaya akan kandungan anti-inflamasi, yang disebut katekin. Katekin membantu mengurangi efek radikal bebas pada tubuh, seperti polusi, sinar matahari, asap rokok dan AC. Selain itu dapat mengatasi masalah jerawat dan tanda-tanda penuaan, seperti kerut dan noda wajah.

2. Minyak Zaitun

Minyak zaitun mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan kulit. Kandungannya dapat menyehatkan kulit dan mengatasi masalah jerawat. Agar lebih sehat Anda bisa mengonsumsi minyak zaitun dengan sayur-sayuran.

3. Timun

Sayuran dengan kandungan air tinggi seperti timun dipecaya baik untuk kulit berjerawat. Airnya berkhasiat membuang racun-racun yang menyumbat pori-pori. Ditambah lagi, ketimun memiliki efek astringent yang menyejukkan. Jadi efektif untuk meredakan iritasi dan kemerahan pada jerawat. Disarankan mengonsumsi satu buah ketimun setiap hari.

4. Produk Susu Rendah Lemak

Salah satu komponen yang paling penting dari kesehatan kulit adalah vitamin A. Cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan mengonsumsi produk susu rendah lemak . Bahkan, para ahli mengatakan bahwa kesehatan sel-sel kulit kita tergantung pada vitamin A. Kulit sehat berarti kulit yang bebas dengan jerawat.

5. Yoghurt

Yoghurt mampu mencegah bakteri jahat penyebab jerawat berkembang di tubuh. Konsumsilah yoghurt satu-dua porsi sehari. Anda bisa menyampurnya dengan pisang, stroberi atau potongan jeruk.

6. Tiram

Makanan ini berguna untuk membasmi jerawat karena kandungan zinc-nya. Zinc berfungsi membantu penyerapan vitamin A dalam tubuh dan mengontrol hormon penyebab jerawat. Tiram yang direbus paling baik untuk menyembuhkan jerawat.

7. Air Putih

Pasti Anda sering mendengar nasihat yang menyuruh minum air putih delapan gelas setiap hari. Ya, air putih memang sangat penting untuk kesehatan tubuh dan kulit. Air putih dapat membuang segala racun di tubuh, termasuk 'racun' yang menyebabkan jerawat. Jika Anda tidak suka minuman yang tidak memiliki rasa, Anda dapat menambah lemon atau daun mint ke dalam air mineral Anda.

Itu tadi sebagian kecil cara pengobatan jerawat dengan bahan yang alami. Sebenarnya masih banyak bahan alami yang dapat mengatasi jerawat. Mungkin lain kali saya posting lagi. Terimakasih atas kujungannya dan semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.

Wassalamu'alaikum... ^_^

Kamis, 10 April 2014

My Profile

Assalamu'alaikum
Nama saya Rohmah Mardiah. Saya adalah seorang siswi di SMAN 1 Purwakarta. Ini blog pertama saya. Tujuan saya membuat blog ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh guru Bahasa Indonesia saya, Pak Rusyidi. Selain blog, saya juga mempunyai;
facebook: Rohmah Mardiah
twitter     : @rohmah_hamhor
e-mail     : rohmah.mardiah@gmail.com
Cukup sekian perkenalannya. Semoga blog ini bermanfaat.
Wassalamu'alaikum